Susila
Sang Suyasa:
Gurunda, hamba sering mendengar kata-kata Tat Twam Asi. Apakah yang dimaksudkan?
Rsi Dharmakerti:
Tat Twam Asi adalah kata-kata dalam filsafat Hindu yang mengajarkan kesosialan yang tanpa batas karena diketahui bahwa “ia adalah kamu”, saya adalah kamu dan segala mahluk adalah sama sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Jiwa sosial ini juga diresapi oleh sinar-sinar tuntungan kesucian Tuhan dan tidak oleh jiwa kebendaan.
Tat artinya Itu (Ia), Twam artinya Kamu dan Asi artinya Adalah. Disamping merupakan jiwa kesosialan, filsafat hidup Tat Twam Asi ini merupakan juga dasar dari susila Hindu.
Susila adalah tingkah laku yang baik dan mulia yang selaras dengan ketentuan-ketentuan Dharma dan Yadnya.
Yang Guru maksudkan dengan Dharma dalam susila ini ialah perhubungan yang selaras dan rukun antara sesama manusia dengan semesta alam. Hubungan yang harmonis yang berlandaskan yadnya yaitu kurban suci yang berlandaskan keikhlasan dan kasih sayang.
Anakku, di dalam Pustaka Suci Weda disebutkan bahwa dunia ini diciptakan Sang Hyang Widhi dan dipelihara dengan pengorbanan suci. Berarti Sang Hyang Widhi berdasar cinta kasihnya mengorbankan diriNya untuk menciptakan alam semesta ini. Sang Hyang Widhi tidak tinggal di luar tetapi berada di dalam alam semesta itu sendiri. Dalam hal ini
Sang Hyang Widhi disebut Sang Hyang Jagatkarana atau Sang Hyang Jagatnatha. Dan sesudah Sang Hyang widhi menciptakan alam berdasar Yadnya ini barulah beliau menyampaikan Weda dengan perantaraan wahyu yang didengar oleh Bhagawan Wyasa. Yadnya pada dasarnya pemberian dengan tulus ikhlas.
Dalam Bhagawad Gita, Sri Kresna menceritakan bagaimana Prajapati setelah menciptakan mahluk ini dengan Yadnya mencapai tujuannya yang dapat memberikan kebahagiaan (kamadhug). Yadnya juga dapat membantu hubungan antara manusia dengan Sang Hyang Widhi dengan Dewa-Dewa dan Pitara-Pitara untuk saling membahagiakan. Dalam Bhagawad Gita dikatakan bahwa mendahulukan untuk kepentingan Yadnya dan barulah kemudian menikmati sisanya (Yadnya sesa) adalah jalan untuk memperoleh waranugraha dari Sang Hyang Widhi.
Berdosalah ia yang makan sendiri tanpa menghiraukan keperluan Yadnya.
Read more...
Gurunda, hamba sering mendengar kata-kata Tat Twam Asi. Apakah yang dimaksudkan?
Rsi Dharmakerti:
Tat Twam Asi adalah kata-kata dalam filsafat Hindu yang mengajarkan kesosialan yang tanpa batas karena diketahui bahwa “ia adalah kamu”, saya adalah kamu dan segala mahluk adalah sama sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Jiwa sosial ini juga diresapi oleh sinar-sinar tuntungan kesucian Tuhan dan tidak oleh jiwa kebendaan.
Tat artinya Itu (Ia), Twam artinya Kamu dan Asi artinya Adalah. Disamping merupakan jiwa kesosialan, filsafat hidup Tat Twam Asi ini merupakan juga dasar dari susila Hindu.
Susila adalah tingkah laku yang baik dan mulia yang selaras dengan ketentuan-ketentuan Dharma dan Yadnya.
Yang Guru maksudkan dengan Dharma dalam susila ini ialah perhubungan yang selaras dan rukun antara sesama manusia dengan semesta alam. Hubungan yang harmonis yang berlandaskan yadnya yaitu kurban suci yang berlandaskan keikhlasan dan kasih sayang.
Anakku, di dalam Pustaka Suci Weda disebutkan bahwa dunia ini diciptakan Sang Hyang Widhi dan dipelihara dengan pengorbanan suci. Berarti Sang Hyang Widhi berdasar cinta kasihnya mengorbankan diriNya untuk menciptakan alam semesta ini. Sang Hyang Widhi tidak tinggal di luar tetapi berada di dalam alam semesta itu sendiri. Dalam hal ini
Sang Hyang Widhi disebut Sang Hyang Jagatkarana atau Sang Hyang Jagatnatha. Dan sesudah Sang Hyang widhi menciptakan alam berdasar Yadnya ini barulah beliau menyampaikan Weda dengan perantaraan wahyu yang didengar oleh Bhagawan Wyasa. Yadnya pada dasarnya pemberian dengan tulus ikhlas.
Dalam Bhagawad Gita, Sri Kresna menceritakan bagaimana Prajapati setelah menciptakan mahluk ini dengan Yadnya mencapai tujuannya yang dapat memberikan kebahagiaan (kamadhug). Yadnya juga dapat membantu hubungan antara manusia dengan Sang Hyang Widhi dengan Dewa-Dewa dan Pitara-Pitara untuk saling membahagiakan. Dalam Bhagawad Gita dikatakan bahwa mendahulukan untuk kepentingan Yadnya dan barulah kemudian menikmati sisanya (Yadnya sesa) adalah jalan untuk memperoleh waranugraha dari Sang Hyang Widhi.
Berdosalah ia yang makan sendiri tanpa menghiraukan keperluan Yadnya.